Koneksi Antar Materi – Modul 1.4

Oleh: Tohir zainuri (CGP angkatan Ke-8 Kab. Malang)

Tujuan Pembelajaran Khusus

  • CGP memahami keterkaitan konsep budaya positif dengan materi pada modul 1.1, 1.2 dan 1.3.
  • CGP dapat menyusun langkah dan strategi yang lebih efektif, konkret, dan realistis untuk mewujudkan budaya positif di sekolah.

Sebelum saya lanjutkan menjawab pertanyaan-pertanyaan koneksi Materi modul 1.4 kali ini, saya awali penjelasan singkat saya terkait dengan apa yang sudah saya pelajari pada Modul 1. Pada paket Modul 1 tentang paradigma dan Visi guru penggerak terdapat empat sub modul yaitu: (1) Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara; (2) Nilai-nilai dan Peran Guru Penggerak; (3) Visi Guru Penggerak dan (4) Budaya Positif.

Pada modul 1.1 tentang filosofis pemikiran Ki Hadjar Dewantara dijelaskan bahwa  tujuan Pendidikan yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Pendidikan yang menghamba pada anak hendaknya sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman yang dimilikinya. Tugas pendidik adalah sebagai “Pamong” yang memberi tuntunan dan arahan sesuai dengan kodratnya agar tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya serta dapat menemukan kemerdekaanya dalam belajar. Pada Modul 1.2 juga dijelaskan konsep tentang nilai-nilai dan peran guru penggerak. Lima nilai guru penggerak yang perlu dimiliki yaitu berpihak pada murid, mandiri, reflektif, kreatif dan kolaboratif, sedangkan untuk peran guru penggerak juga ada lima yaitu menjadi pemimpin pembelajaran, menjadi coach, mendorong kolaborasi, mendorong kepemimpinan murid, dan menggerakkan komunitas. Pada modul 1.3 tentang visi guru penggerak dijelaskan bagaimana membuat sebuah visi dengan mengeksplorasi paradigma inkuiri Apresiatif (IA) yang merupakan pendekatan managemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan.

Buatlah sebuah kesimpulan mengenai peran Anda dalam menciptakan budaya positif di sekolah dengan menerapkan konsep-konsep inti seperti disiplin positif, motivasi perilaku manusia (hukuman dan penghargaan), posisi kontrol restitusi, keyakinan  sekolah/kelas, segitiga restitusi dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya yaitu Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, Nilai dan Peran Guru Penggerak,  serta Visi Guru Penggerak

Setelah mempelajari keempat modul yang ada paket Modul 1 tentang paradigma dan Visi guru penggerak dan telah menyelesaiakan pada modul 1.4 tentang budaya positif kesimpulan yang bisa saya tuliskan terkait peran saya dalam menciptakan budaya positif yaitu saya semakin menyadari bahwasannya saya kita memiliki peran penting, baik sebagai guru ataupun nantinya sebagai pemimpin pembelajaran di ekosistem sekolah. Budaya positif tersebut dapat di terapkan dengan beberapa langkah seperti disiplin positif, memahami motivasi perilaku manusia yang berhubungan dengan hukuman dan penghargaan, posisi control seorang guru, pembuatan keyakinan kelas dan penerapan segitiga restitusi dalam menyelesaikan masalah. Dalam pelaksanaan budaya positif tersebut tentunya harus di kaitkan dengan pemahaman sebelumnya terkait dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara, Nilai dan peran guru penggerak serta Visi yang sudah dimilikinya.

Dalam menerapkan disiplin positif dapat dilakukan dengan menanamnkan motivasi instrinsik bahwa warga sekolah khususnya siswa kita melakukan disiplin positif bukan karena takut akan suatu hukuman ataupun untuk sekedar mendapat penghargaandari orang lain, akan tetapi segala Tindakan yang dilakukan dikarenakan untuk menghargai dirinya dan orang lain berdasarkan nilai-nilai kebajikan.

Membuat keyakinan kelas guru berperan dalam menciptakan terbentuknya keyakinan sekolah atau kelas dengan adanya kesepakatan antara guru dan murid. Keyakinan sekolah atau kelas berupa pernyataan yang umum yang mudah dipahami dan diingat dan harus diterapkan di lingkungan sekolah.

Terdapat lima posisi control yaitu sebagai 1) Penghukum; 2) Pembuat merasa bersalah; 3) Teman; 4) Pemantau; 5) Manajer. Ketika dalam mengambil posisi control yang terbaik adalah dalam posisi manager yaitu guru melakukan sesuatu bersama murid, mempersilakan murid mempertanggungjawabkan perilakunya dan mendukung murid menemukan solusi atas permasalahannya sendiri. Dan bila ada siswa kita yang sedang mengalami masalah ataupun melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan keyakinan kelas, maka Tindakan yang dapat dilakukan untuk mencari solusi dari masalah tersebut dengan mengunakan segitiga restitusi. Pada segitiga restitusi terdapat tiga bagian yaitu menstabilkan identitas, validasi tindakan yang salah serta menanyakan keyakinan dengan tujuan dapat menghasilkan murid yang mandiri dan bertanggung jawab. Ketika sebagai guru penggerak nantinya dapat mengimplementasikan apa yang sudah saya pelajari pada modul 1 ini harapan saya selanjutnya yaitu bisa mewujudkan tujuan Pendidikan sesuai filosofis KHD yaitu pembelajaran yang menuntun sesuai kodrat anak serta sesuai dengan nilai guru penggerak yaitu berpihak peda murid dan bisa menjadi pemimpin pembelajaran untuk mencapai visi guru pengerak yang sesuai dengan profil pelajar Pancasila.

Buatlah sebuah refleksi dari pemahaman Anda atas keseluruhan materi Modul Budaya Positif ini dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep inti yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: disiplin positif, teori kontrol, teori motivasi, hukuman dan penghargaan, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi. Adakah hal-hal yang menarik untuk Anda dan di luar dugaan?

Ketika saya mempelajari modul 1.4 banyak pemahaman saya yang sudah mulai terbangun terutama disiplin positif, teori kontrol,  teori motivasi, hukuman dan penghargaan, posisi kontrol guru, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi karena ini bagi saya pemahaman baru yang saya dapatkan ketika saya mempelajari modul 1.4. Materi kebutuhan dasar manusia sudah pernah saya pelajari pada modul 1.2 tentang nilai dan peran guru penggerak.  Sejauh ini saya sudah memahami konsep-konsep inti dalam modul budaya positif ini tetapi dalam mewujudkannya saya harus benar-benar memahaminya sehigga bisa saya terapkan tindak hanya kepada diri sendiri tetapi juga kepada rekan guru dan teman sejawat di sekolah.

Hal yang menarik bagi saya adalah dan terjadi diluar dugaan adalah tentang Hukuman dan penghargaan

sebelum memahami modul 1.4 saya sudah memahami bahwasannya hukuman merupakan hal yang sangat saya hindari, karena dengan menghukum murid bisa mematikan motivasi murid, dan meyakini memberikan penghargaan adalah suatu Tindakan yang dapat memotivasi murid sebagai bentuk apresiasi dalam hal perilaku baik mereka. Ternyata setelah saya belajar modul ini hukuman dan penghargaan sama-sama bisa mematikan motivasi instrinsik murid, dan dengan penghargaan bisa membuat murid menjadi ketergantungan dan pada ujungnya tidak baik bagi pribadinya dan masa depannya. Sementara dalam menyelesaikan masalah yang terjadi selama ini tindakan yang saya lakukan cenderung sebagai penghukum ataupun membuat merasa bersalah. Diluar dugaan ternyata dalam modul 1.4 saya mendapatkan pemahaman tentang segitiga restitusi dimana kita berperan sebagai manager dalam menanganinya. Dengan segitiga restitusi murid diberi penguatan untuk dapat menyelesiakan berdasarkan keyakinan, bisa mengambil pelajaran sekaligus memperbaiki dirinya. Fokus guru adalah menguatkan karakter murid dala menyelesaikan masalah yang dihadapinya sehingga bisa kembali menjadi baik dengan karakter yang lebih kuat

Perubahan apa yang terjadi pada cara berpikir Anda dalam menciptakan budaya positif di kelas maupun sekolah Anda setelah mempelajari modul ini?

Salah satu perubahan yang terjadi adalah tentang cara pandang saya terhadap murid yang bermasalah. Kita sebagai guru memang memang tidak bisa lepas dari persoalan-persoalan yang sedang di hadapi oleh murid-murid kita. Sebelumnya saya lebih memandang murid yang bermasalah sebagai sumber masalah dan memang sengaja untuk membuat kesalahan sehingga perlu diberikan konsekuensi. Setelah mempelajari modul ini, saya lebih mengerti cara memandang murid yang bermasalah karena memiliki kebutuhan dasar yang ingin dipenuhinya. Murid tidak perlu diberi hukuman, tetapi dikuatkan keyakinannya untuk memperbaiki dirinya.

Pengalaman seperti apakah yang pernah Anda alami terkait penerapan konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif baik di lingkup kelas maupun sekolah Anda?

Pengalaman yang pernah saya lakukan berkaitan dengan penerapan konsep-konsep budaya positif yaitu membuat keyakinan kelas yang saya lakukan ketika di awal tahun pembelajaran yang nantinya saya gunakan selama kegiatan pembelajaran di kelas. Keyakinan kelas yang saya buat masih sebatas pada kebiasaan baik yang menjadi kesepakatan bersama antara guru dan murid dalam proses pembelajaran. Untuk penerapan segitiga restitusi yang saya lakukan masih sebatas kegiatan yang harus saya penuhi ketika menyelesaiakan tugas demonstrasi konstektual pada modu 1.4 ini, sebelumnya dalam menyelesaikan masalah murid, saya memandang bahwa setiap murid adalah pribadi yang unik dengan latar belakang yang berbeda dengan potensi yang dimilikinya sehingga dalam penyelesaianya juga membutuhkan solusi yang berbeda juga.

Bagaimanakah perasaan Anda ketika mengalami hal-hal tersebut?

Ketika mengalami hal-hal tersebut asaya menjadi merasa tertantang dan termotivasi terutama dalam penerapan segitiga restitusi yang digunakan untuk mencari solusi terbaik dari masalah yang di hadapi murid. Untuk penerapan disiplin positif sebaiknya dilakukan karena atas dasar keyakinan murid yang di dasari oleh nilai-nilai kebajikan dan tidak semata-mata termotivasi karena menghindari akan hukuman, ataupun mengharap penghargaan yang ingin diterima.

Menurut Anda, terkait pengalaman dalam penerapan konsep-konsep tersebut, hal apa sajakah yang sudah baik? Adakah yang perlu diperbaiki?

Berdasarkan penerapan budaya postif hal baik yang sudah muncul dalam dan sesuai dengan nilai-nilai kebajikan universal yaitu penerapan keyakinan kelas yang sudah di buat. Sedangkan yang perlu diperbaiki yaitu adalah menanamkan kepada siswa bahwa penerapan budaya disiplin positif dilakukan untuk menghargai dirinya sendiri dan orang lain dan bukan termotivasi karena menghindari hukuman ataupun mengharap penghargaan.

Sebelum mempelajari modul ini, ketika berinteraksi dengan murid, berdasarkan 5 posisi kontrol, posisi manakah yang paling sering Anda pakai, dan bagaimana perasaan Anda saat itu? Setelah mempelajari modul ini, posisi apa yang Anda pakai, dan bagaimana perasaan Anda sekarang? Apa perbedaannya?

 Sebelum mempelajari modul 1.4 posisi kontrol yang sering saya lakukan yaitu pembuat merasa bersalah harapan saya setelah saya memposisikan seperti itu murid akan menyesali tindakan yang sudah dilakukannya dan tidak mengulanginya kembali. Setelah mempelajari modul ini ketika berhadapan dengan siswa yang sedang bermasalah ternyata posisi kontrol yang paling baik untuk kita terapkan yaitu sebagai manager. Saya menyadari bahwa dengan mengambil posisi manager kita akan tahu alasan dibalik perilaku yang murid lakukan sehingga nantinya akan membantu murid dalam menemukan solusi terbaik dan memperbaiki kesalahannya sehingga menimbulkan kesadaran akan pentingnya nilai-nilai kebajikan.

Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan segitiga restitusi ketika menghadapi permasalahan murid Anda? Jika iya, tahap mana yang Anda praktekkan dan bagaimana Anda mempraktekkannya?

Sebelum mempelajari materi ini, saya belum pernah menerapkan segitiga restitusi secara utuh dari tiga bagian segitiga restitusi. Yang sering saya lakukan adalah menanyakan alasan kenapa murid melakukan tindakannya dan mengakui kesalahannnya kemudian saya akan memberikan konsekusensi sesuai dengan jenis perilaku yang dilakukan itu.

Selain konsep-konsep yang disampaikan dalam modul ini, adakah hal-hal lain yang menurut Anda penting untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif baik di lingkungan kelas maupun sekolah?

Ha-hal yang penting untuk menciptakan budaya positif yang tidak di sampaikan di modul ini yaitu kolaborasi dengan semua warga sekolah untuk menjaga kekonsistenan dalam penerapan budaya postif. Dengan adanya kolaborasi baik dan juga komunikasi yang baik kepada semua warga sekolah akan bisa menyamakan persepsi antara semua warga sekolah sehingga bisa jadi satu visi dan misi dalam menciptakan budaya positif.

No comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *