REFLEKSI DAN KAITAN PEMAHAMAN ANTAR MODUL

Oleh: Tohir Zainuri (CGP Angkatan ke-8 Kab. Malang Propinsi Jawa Timur)

Pada koneksi Antar Materi modul 1.3 kali ini tulisan yang saya kaji berkaitan dengan pemahaman saya sebagai calon guru penggerak mengenai kaitan peran pendidik dalam mewujudkan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan Profil Pelajar Pancasila pada murid-muridnya dengan paradigma inkuiri apresiatif (IA) di sekolah. Pada modul 1.3 mempelajari tentang Visi Guru Penggerak. Visi adalah representasi kognitif mengenai gambaran masa depan berbasis pada kekuatan kata untuk menggerakkan hati, menyemangati, menguatkan untuk melangkah maju secara kolaborasi. Untuk mewujudkan sebuah visi diperlukan perubahan yang mendasar dan upaya yang konsisten sehingga nantinya tujuan yang di capai sesuai yang diharapkan.

Pada Modul 1.1 tentang Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional – Ki Hadjar Dewantara dijelaskan bahwa  tujuan Pendidikan yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat, KHD juga menjelaskan bahwa dalam proses menuntun diri anak perlu diberikan kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang ‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar. Semangat agar anak dapat bebas belajar, berpikir, agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan berdasarkan kesusilaan manusia ini yang akhirnya menjadi tema besar kebijakan pendidikan Indonesia saat ini, yaitu Merdeka Belajar.

Semangat Merdeka Belajar sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, dimana Pendidikan diselenggarakan agar setiap individu dapat menjadi manusia yang “beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Kedua semangat ini yang kemudian memunculkan sebuah pedoman, sebuah penunjuk arah yang konsisten, dalam pendidikan di Indonesia. Pedoman tersebut adalah Profil Pelajar Pancasila (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2020), sebagaimana yang dijelaskan pada modul 1.2 tentang nilai dan peran guru penggeraka pada penjelasan tentang mewujudkan profil pelajar Pancasila. Ada enam dimensi profil pelajar Pancasila yang harus dimiliki pelajar Indonesia yaitu 1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia; 2) Mandiri; 3) Bergotong-royong; 4) Berkebinekaan global; 5) Bernalar kritis; 6) Kreatif. profil ini adalah pelajar yang terbangun utuh keenam dimensi pembentuknya yang harus dilihat sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

Pada Modul 1.2 juga dijelaskan konsep tentang nilai-nilai dan peran guru penggerak. Lima nilai guru penggerak yang perlu dimiliki yaitu berpihak pada murid, mandiri, reflektif, kreatif dan kolaboratif, sedangkan untuk peran guru penggerak juga ada lima yaitu menjadi pemimpin pembelajaran, menjadi coach, mendorong kolaborasi, mendorong kepemimpinan murid, dan menggerakkan komunitas.

Pada modul 1.3 tentang visi guru penggerak dijelaskan bagaimana membuat sebuah visi dengan mengeksplorasi paradigma inkuiri Apresiatif (IA) yang merupakan pendekatan managemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan. Pendekatan IA percaya bahwa setiap orang memiliki inti positif yang dapat memberikan kontribusi pada keberhasilan. IA dimulai dengan mengidentifkasi hal baik yang sudah ada di sekolah. mencari cara bagaimana hal tersebut dapat dipertahankan, dan memunculkan strategi untuk mewujudkan perubahan ke arah lebih baik. Tahapan dalam IA dalam bahasa Indonesia disebut dengan BAGJA (Buat Pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali Mimpi, Jabarkan Rencana, Atur Eksekusi). BAGJA adalah gubahan tahapan Inkuiri Apresiatif sebagai pendekatan manajemen perubahan yang pertama kali diperkenalkan oleh Cooperrider ke dalam langkah 4D Discover-Dream-Design-Deliver (Cooperrider & Whitney, 2005) yang kemudian dalam praktik-praktik selanjutnya tahapan Discover dipecah menjadi Define dan Discover (Cooperrider et.al, 2008. Sebelum melakukan tahapan BAGJA, Visi yang telah disusun diturunkan terlebih dahulu menjadi prakarsa-prakarsa perubahan. Pernyataan prakarsa perubahan adalah gambaran upaya nyata yang memungkinkan gotong-royong dalam meningkatkan kualitas pembelajaran murid berbasis aset/kekuatan. Penyusunan Prakarsa perubahan dapat dibantu dengan model ATAP yaitu A-aset; T-tantangan; A-aksi; P-pelajaran.

Dari penjabaran diatas maka dapat disimpulkan bahwa koneksi antara modul 1.1, 1.2 dan 1.3 adalah dalam memujudkan visi guru penggerak seharusnya menyelaraskan dengan pemikiran filosofi Ki hajar Dewantara yaitu visi yang berpihak pada siswa dan selaras dengan profil pelajar Pancasila serta bertumpu pada kekuatan atau asset yang dimilikinya dan menjabarkannya dengan sebuah Prakarsa perubahan dengan jelas.

VISI

“Mewujudkan generasi yang unggul berprestasi, berwawasan global dan berkarakter profil pelajar Pancasila”

No comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *