Setelah mempelajari pemikiran Ki Hajar Dewantara melalui Modul 1.1 baik pada kegiatan eksplorasi konsep, Ruang Kolaborasi, Refleksi Terbimbing, demonstrasi kontekstual dan Elaborasi Pemahaman yang di pandu dan bimbing oleh pengajar praktik (PP) serta Fasilitator yang di awali dengan Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional – Ki Hajar Dewantara, banyak hal yang mulai terbangun dalam pemahaman saya terutama sebagai refleksi untuk perbaikan terkait dengan proses kegiatan pembelajaran di sekolah. Di Awali dengan refleksi filosifis Pendidikan Indonesia, saya di perlihatkan bagaimana potret Pendidikan kita di jaman Kolonial dimana tidak semua orang bisa mendapatkan dengan selayaknya. Dua Tulisan Ki Hajar Dewantara yaitu Dasar-Dasar Pendidikan tahun dan Metode Montesori, Frobel dan Taman Anak serta 1 lampiran Pidato Sambutan Ki Hadjar Dewantara pada Dewan Senat Universitas Gajah Mada tanggal 7 November 1956 bisa menjadi kerangka dasar untuk memahami secara garis besar pemikiran (filosofi pendidikan) Ki Hadjar Dewantara.
Ki Hadjar Dewantara mendifiniskan pendidikan (opvoeding) yaitu memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Berdasarkan arti Pendidikan dari Ki Hajar Dewantara ini kemudian digunakan sebagai acuan untuk mengartikan Pendidikan yang kita pahami selama ini. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Dalam kesempatan kali ini, untuk membuat Koneksi Antar Materi – Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1 ada 3 pertanyaan pemantik yang nantinya dapat merefleksi diri dan membuat kesimpulan yang nantinya dapat digunakan sebagai perbaikan proses pembelajaran di sekolah.
A. Apa yang Anda percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum Anda mempelajari modul 1.1?
Sebelum saya mempelajari modul ini:
- Tidak dapat dipungkiri selama ini kita sudah banyak mempelajari teori-teori pembelajaran baik itu Ketika kita masih kuliah ataupun melalui diklat, seminar, workshop dan sejenisnya. Berbagai macam metode dan Teknik pembelajaran mungkin juga sudah pernah kita coba Ketika kita melakukan pembelajaran. Tetapi hasil pembelajaran yang kita capai belum sesuai dengan yang kita harapkan
- Saya percaya bahwa pembelajaran akan berhasil jika guru Tidak mendominasi dalam pembelajaran (teacher centerd) tetapi siswalah yang harus diberi banyak kesempatan proses kegiatan pembelajaran atau berpusat pada siswa (learner centered), tetapi dalam pelaksanaan pembelajaran guru ternyata masih mendominasi dalam proses pembelajaran di kelas, dan siswa tidak diberikan kesempatan untuk mengemukakan ide dan pemahamannya sehingga pemahaman siswa hanya sebatas yang diberikan oleh gurunya.
- Kesuksesan belajar selalu di ukur dengan nilai angka atau kriteria, dan kita beranggapan pembelajaran itu berhasil ketika siswa melampau standar kriteria yang telah ditentukan tadi, sehingga terkadang siswa “dipaksa” untuk mencapai nilai atau kriteria tadi.
- Dalam pembelajaran harus memperhatikan kebutuhan dan tipe belajar siswa, informasi konsep pembelajaran berdiferensiasi sudah pernah saya dapatkan baik dari pengawas sekolah atau Ketika mengikuti MGMP, seminar dan sejenisnya, tetapi dalam pelaksanaannya ketika di kelas masih belum maksimal dalam penerapannya.
- Pembelajaran identik dengan ruang kelas, artinya siswa di anggap telah melakukan kegiatan belajar sesuatu ketika siswa sudah masuk dalam ruang kelas dan ada guru yang menyampaikan materi kemudian mengerjakan tugas yang diberikan guru kemudian ada asesmen oleh guru
B. Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku Anda setelah mempelajari modul ini?
Setelah saya mempelajari Modul 1.1 tentang konsep Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara ternayat banyak memberi pengaruh yang cukup signifikan terhadap pemikiran saya tentang Pendidikan. Pertama ada konsep pengajaran dan Pendidikan, yang menurut Ki Hajar Dewantara sebagai konsep berbeda tetapi masih dalam satu irisan yaitu pengajaran merupakan bagian dari Pendidikan. Pengajaran (onderwijs) hanya sebatas memberi ilmu atau berfaedah untuk hidup anak-anak, baik lahir maupun batin. Dalam Pendidikan ada proses menuntun hidup tumbuhnya anak-anak sesuai kodrat yang dimilikinya agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai individu maupun sebagai bagian anggota masyarakat/kelompok sosial.
Kedua, dalam Pendidikan tidak hanya sekedar menstransfer ilmu semata dari guru ke siswa, tetapi dalam pendidikan bisa menjadi tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat serta menjadi ruang berlatih dan bertumbuh siswa terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan atau diwariskan.
Ketiga, dalam Pendidikan peran pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. Untuk mempermudah pemahaman tentang hal ini, ada perumpamaan yang telah di tunjukkan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa peran pendidik itu ibarat seorang petani atau tukang kebun. Sebuah biji jagung jika di tanam di tanah yang subur dan dilakukan dengan perawatan yang baik maka akan tumbuh yang baik tetapi sebaliknya meskipun sebuah biji jagung yang berkualitas tetapi di tanam di tanah yang gersang dan tidak mendapat perawatan yang baik maka biji jagung itu mungkin tumbuh namun tidak akan optimal. Begitu juga dengan anak didik kita di sekolah secara kodrat mereka, semua anak yang terlahir mempunyai kodrat masing-masing dan di sinilah peran pendidik yaitu ‘menebalkan’ kekuatan kodrat anak yang masih samar-samar agar mereka dapat memperbaiki laku-nya untuk menjadi manusia seutuhnya. Jadi anak bukan kertas kosong yang bisa digambar sesuai keinginan orang dewasa.
Keempat, berkaitan dengan kodrat anak, yaitu kodrat alam dan kodrat zaman. pendidik bahwa pendidikan anak sejatinya menuntut anak mencapai kekuatan kodratnya sesuai dengan alam dan zaman. Pendidikan seharusnya mdemperhatikan du kodrat ini. Untuk kondisi saat ini, bila di lihat dari kodrat zaman, saat ini berada pada revolusi industri 4.0 yang tentunya Pendidik dalam pembelajarannya harus menekankan kemampuan anak memiliki keterampilan abad ke 21 (creative, critical thinking, collaboration, communication). Sementara jika berdasarkan kodrat alamnya tentunya setiap anak mempunyai kodrat alam yang berbeda-beda meskipun berada pada kodrat zaman yang sama. Kekuatan kodrat alam anak berbeda-beda. Kodrat alam anak yang tinggal di pegunungan akan beda kodratnya dengan anak yang tinggal di pesisir pantai. Mereka akan memiliki potensi, bakat dan minat yang berbeda. Maka kita harus menyadari bahwa setiap anak itu beragam dan mempunyai keunikan sendiri-sendiri sehingga konteks dan isi pembelajaran harus di sesuaikan dengan kodrat alam yang dimilikinya.
Keenam, Budi Pekerti merupakan keselarasan (keseimbangan) hidup antara cipta, rasa, karsa dan karya. Walaupun keluarga menurut Ki Hajar Dewantara sebagai tempat yang utama dan paling baik untuk melatih pendidikan sosial dan karakter baik bagi seorang anak serta tempat bersemainya pendidikan yang sempurna bagi anak untuk melatih kecerdasan budi-pekerti (pembentukan watak individual), tetapi peran pendidik di lingkungan sekolah tidak bisa di abaikan. Dalam menumbukan karakter budi pekerti pendidik harus mampu memberi teladan karena hal ini menjadi sangat penting dalam pertumbuhan karakter baik anak. Sebagai pendidik harapan terbesar saya adalah anak-anak atau murid kita nantinya bisa bertumbuh menjadi sebaik-baiknya manusia yang memiliki adab dan berbudi pekerti yang baik. Apalah artinya jika anak-anak atau murid-murid kita mempunya kemampuan kognitif yang sangat bagus tetapi untuk nilai-nilai budi pekertinya rendah. Dengan adanya perkembangan informasi dan teknologi saat ini tentunya nilai-nilai yang mungkin tidak sesuai dengan kultur dan budaya kita begitu mudah di akses oleh anak-anak atau murid kita. Dan disinilah peran pendidik untuk bisa mengarahkan agar adab dan budi pakerti yang dimiliki murid yaitu budi pekerti yang mencerminkan nilai-nilai luhur budaya Indonesia.
C. Apa yang dapat segera Anda terapkan lebih baik agar kelas Anda mencerminkan pemikiran KHD?
Hal-hal yang coba saya terapkan agar kelas saya mencerminkan Ki Hajar Dewantara adalah sebagai berikut.
- Pertama, yang harus saya ubah adalah mindset saya terhadap anak. Setiap anak terlahir dengan kodranya masing-masing sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman yang dimilikinya. Anak bukanlah selembar kertas kosong yang bisa kita tulisi semau kita sehingga anak dianggap belum tahu apa-apa. Anak pada jenjang sekolah menengah yang ada sekolah saya sudah pada hakikatnya sudah banyak tulisan-tulisan dan tugas saya adalah menebalkan tulisan/kata/kalimat yang baik yang masih tersamarkan dan memburamkan tulisan/kata/kalimat yang kurang baik atau kurang sesuai sehingga nantinya menjadi sebuah bacaan yang menarik untuk dibaca oleh siapapun. saya harus meyakinkan diri saya bahwa setiap anak lahir sudah lengkap dengan potensinya masing-masing, meskipun masih terlihat samar. Saya harus peka membaca dan mengenali setiap potensi anak yang saya didik agar pengajaran dan pendidikan yang saya berikan nantinya, baik metode maupun bahan ajar bisa betul-betul menggali potensi anak seoptimal karena bisa jadi karena sesuatu hal kecil yang tidak kita lihat/gali dari anak itu yang membuat anak bisa jadi sukses dan Bahagia kelak.
- Kedua, dalam pembelajaran untuk mengoptimalkan kembali konsep pembelajaran yang terpusat pada siswa, sekali lagi anak bukan kertas kosong tetapi mereka sudah ada catatan-catatan yang mungkin catatan mereka bisa dipadukan dengan catatan kita sebagai pendidik. Tugas pendidik di sini adalah “menuntun” atau fasilitator agar untuk menggali semua potensi bakat dan minat mereka miliki, sehingga mereka bisa mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Memberikan ruang, kesempatan dan fasilitas seluas-luasnya sesuai dengan potensi dan kebutuhan mereka agar bisa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Menciptakan suasana kelas yang menyenangkan pembelajaran dan jika perlu menciptakan suasana belajar baru, seperti membuat permainan, pembelajaran di luar kelas sehingga pemikiran mereka seakan tidak di batasi oleh ruang kelas semata. Belajar tidak sebatas dari apa yang diberikan oleh guru tetapi bisa juga melalui teman melalui diskusi atau kolaborasi dalam kelompok karena mungkin hal itu yang mungkin akan lebih mudah diterima dan di pahami oleh mereka sehingga mereka memiliki keterampilan abad ke 21 (creative, critical thinking, collaboration, communication)
- Ketiga, Pendidikan tidak hanya sebatas menstransfer ilmu untuk mengembangkan kemampuan kognitif anak, tetapi juga budi pekerti yang merupakan keselarasan Cipta (kognitif), Karsa (afektif) sehingga menciptakan Karya (psikomotor). Kesuksesan pembelajaran di kelas tidak hanya sebatas pikiran, pengetahuan, wawasan, gagasan, ide, nalar, logika anak sehingga bisa mendapatkan nilai atau kriteria yang kita tentukan. Tetapi bisa juga dilihat dari kehendak, tekat, niat, semangat, kesungguhan murid dalam belajar serta kreasi, inovasi mereka yang bisa dihasilkan. Saya sebagai guru selain memberikan teladan dan praktik baik bagi mereka. Jadi anak tidak hanya melakukan apa yang saya katakan, tapi harapannya anak mampu meneladani perilaku-perilaku baik yang saya contohkan. Selain sebagai upaya memotivasi anak agar berbudi pekerti baik, ini juga bisa jadi tantangan untuk saya bagaimana caranya agar saya bisa konsisten memberikan keteladanan yang baik sehingga semboyan Ki Hajar Dewantara, yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo, dari atas saya bisa memberikan teladan bagi setiap anak didik saya, Ing Madyo Mangun Karso di tengah saya bisa jadi teman yang memberikan semangat, serta Tut Wuri Handayani dari belakang saya bisa memberikan dorongan moral serta semangat belajar, benar-benar bisa tercipta di kelas pembelajaran saya nantinya.
Ditulis oleh: Tohir Zainuri (Calon Guru Penggerak angkatan 8 Kab. Malang Jawa Timur)
No comment