Jurnal Refleksi dwi mingguan ini adalah sebuah tulisan refleksi diri setelah saya mengikuti serangkaian kegiatan Pendidikan di calon guru penggerak yang telah saya lakukan yang sampai saat ini telah sampai pada Modul 2.1. Jurnal refleksi ini di anggap penting karena dapat mendorong guru dalam menerapkan teori dan praktik, serta menumbuhkan keterampilan dalam melakukan evalusai terhadap suatu topik yang telah di pelajari mulai dari modul 1 hingga modul 2.1 kali ini.

Dalam membuat jurnal refleksi kali ini saya menggunakan model 1 yaitu model 4F yaitu : Fact (peristiwa), Feeling (perasaan), Findings (pembelajaran), Future (penerapan).

  1. Facts (Peristiwa)

Dalam modul 2.1 Aktivitas pertama yaitu dengan melakukan Test Awal Modul 2 yang saya lakukan pada hari Jum’at tanggal 21 Juli 2023 melalui LMS. Dalam mempelajari modul 2.1 ini menggunakan alur MERDEKA yaitu, Mulai dari diri sendiri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi, Demonstrasi Kontekstual, Elabborasi pemahaman, Koneksi Antar materi dan Aksi nyata.

Aktivitas pertama yang saya lakukan dalam pembelajaran di LMS yaitu mulai dari diri, dimana saya harus diminta untuk menjelaskan berdasarkan pertanyaan pemantik yang diberikan tentang tantangan-tantangan yang dihadapi selama proses pembelajaran dikelas serta hal-hal yang dilakukan untuk mengatasai permasalahan tersebut. Pada kegiatan eksplorasi konsep, modul yang saya pelajari berkaitan dengan memenuhi Kebutuhan Belajar Murid Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi serta membuat diagram frayer yang berisi pemahaman tentang pembelajaran berdeferensiasi.

Pada kegiatan ruang kolaborasi terbagi dalam 2 sesi yaitu ruang kolaborasi diskusi kelompok dan Ruang Kolaborasi presentasi dari hasil diskusi kelompok.  Pada kegiatan ruang kolaborasi sesi 1 diskusi kelompok dilakukan pada tanggal 26 Juli 2023 dengan di Pandu oleh oleh Fasilitator B. Imatul Awaliyah dan Pengajar Praktik P. Krismanto. Dalam kegiatan ini yang kami bahas berkaitan dengan kasus kenario pembelajaran pada jenjang SMP yaitu menelaah dari skenario pembelajaran yang diberikan dengan menentukan kebutuhan belajar murid yang berusaha dipenuhi dan bagaimana cara guru tersebut menentukan kebutuhan belajar muridnya, (2) menentukan strategi pembelajaran berdiferensiasi apa yang digunakan, (3) cara guru melakukan penilaian. Dari hasil kegiatan Ruang Kolaborasi Sesi 1 kemudian harus saya presentasikan pada sesi 2 ruang kolaborasi pada tanggal 27 Juli 2023. Banyak sekali manfaat dari diskusi ini menjadi saya menambah wawasan, ilmu dan pengalaman terutama berkaitan dengan penerapan pembelajaran berdeferensiasi.

Kegiatan Demonstrasi konstektual saya diharuskan membuat RPP berdeferensiasi yang sesuai dengan Due date harus saya unggah sebelum tanggal 3 Agustus 2023, serta diminta untuk memberikan umpan balik terhadap RPP dari CGP lainnya.

Pada Sesi Elaborasi pemahaman di laksanakan pada Tanggal 1 Agustus 2023 oleh Instrukstur Dr Koeshadi, M.Pd yang menjelaskan secara detail pembelajaran berdeferensiasi yang memperkuat pemahaman saya ketika saya mempelajari secara mandiri melalui Modul yang ada di LMS.

Kegiatan selanjutnya adalah koneksi antar materi. Dalam kegiatan ini, saya menemukan koneksi semua materi yang telah dipelajari dari modul 1.1, modul 1.2, modul 1.3, modul, modul 1.4, dengan modul 2.1. Dari semua modul tersebut mengacu pada pembelajaran yang berpihak pada murid sesuai pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang Pendidikan.

  1. Perasaan (Feeling)

Setelah mempelejari modul 2.1 ataupun dari kegiatan-kegiatan yang di lakukan  saya merasa senang dan juga bersyukur dikarenakan dengan materi-materi yaitu tentang pembelajaran berdeferensiasi ini saya jadi memahami bahwa sebagai seorang pendidik, guru harus mampu mengenali dan memahami karakter masing-masing murid dan dapat memberikan pembelajaran sesuai karakter mereka tersebut agar semua anak dengan keberagaman yang ada di kelas tetap mendapatkan akses pengetahuan sesuai dengan kesiapan belajar, minat belajar dan profil belajar murid.

  1. Findings (Pembelajaran)

Pembelajaran berdiferensiasi merupakan upaya guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu murid. Menurut Tomlinson (1999:14) dalam kelas yang mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru melakukan upaya yang konsisten untuk merespon kebutuhan belajar murid. Terdapat 3 aspek yang harus diperhatikan dalam pemeblajaran berdeferensiasi yaitu (1) Kesiapan belajar (Readiness); (2) Minat belajar,; (3) Profil belajar murid.

Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi, konsep, atau keterampilan baru. Sebuah tugas yang diberikan guru harus yang mempertimbangkan tingkat kesiapan murid akan membawa murid keluar dari zona nyaman mereka dan memberikan mereka tantangan,  namun dengan lingkungan belajar yang tepat dan dukungan yang memadai, mereka tetap dapat menguasai materi atau keterampilan baru tersebut.  Ada banyak cara untuk membedakan kesiapan belajar. Tomlinson (2001: 46) mengatakan bahwa merancang pembelajaran mirip dengan menggunakan tombol equalizer pada stereo atau pemutar CD yang meliputi (1) Bersifat mendasar – Bersifat transformative; (2) Konkret – Abstrak; (3) Sederhana – Kompleks; (4) Terstruktur – Terbuka; (5) Tergantung (dependent) – Mandiri (Independent); (6) Lambat – Cepat.

Minat merupakan suatu keadaan mental yang menghasilkan respons terarah kepada suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberikan kepuasan diri. Minat belajar dapat dilihat dalam 2 perspektif yaitu minat situasional, yang merupakan keadaan psikologis yang dicirikan oleh peningkatan perhatian, upaya, dan pengaruh, yang dialami pada saat tertentu. Yang kedua, minat juga dapat dilihat sebagai sebuah kecenderungan individu untuk terlibat dalam jangka waktu lama dengan objek atau topik tertentu. Minat ini disebut juga dengan minat individu.

Profil Belajar mengacu pada cara-cara bagaimana kita sebagai individu paling baik belajar. Profil belajar murid terkait dengan banyak faktor. Berikut ini adalah beberapa diantaranya:

  1. Preferensi terhadap lingkungan belajar, misalnya terkait dengan suhu ruangan, tingkat kebisingan, jumlah cahaya, apakah lingkungan belajarnya terstruktur/tidak terstruktur,
  2. Pengaruh Budaya: santai – terstruktur, pendiam – ekspresif, personal – impersonal.
  3. Preferensi gaya belajar: gaya belajar adalah bagaimana murid memilih, memperoleh, memproses, dan mengingat informasi baru. Secara umum gaya belajar ada tiga, yaitu: (a) visual yaitu belajar dengan melihat (misalnya melalui materi yang berupa gambar, menampilkan diagram, power point, catatan, peta, graphic organizer); (b) auditori yaitu belajar dengan mendengar (misalnya mendengarkan penjelasan guru, membaca dengan keras, mendengarkan pendapat  saat berdiskusi, mendengarkan musik); (c) kinestetik yaitu belajar sambil melakukan (misalnya bergerak dan meregangkan tubuh, kegiatan hands on, dsb).
  4. Future (Penerapan)

Setelah mempelajari modul 2.1 berkaitan dengan pembelajaran berdeferensiasi dalam pembelajaran yang saya lakukan nantinya saya belajar untuk lebih memperhatikan kompetensi saya dalam memilih aktivitas belajar yang sesuai dengan gaya belajar murid. Hal ini tentu untuk menghindari dari pengalaman belajar yang kurang tepat, kurang berpihak pada murid dan kuang menyenankan. Menerapkan di kelas dan mengimbaskan kepada rekan sejawat di sekolah bahkan di lingkup yang lebih luas sehingga guru yang lain dapat mengetahui seperti apa itu penvelajaran berdiferensiasi dan bagaimanakah penerapannya di kelas dalam pembelajaran.

No comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *